TOPIK ASESMEN SD/PAKET A Modul 2
MODUL 2
Menyiapkan Asesmen SD/ Paket A
Asesmen Awal Pembelajaran
Speaker 1 (00:00)
Selamat datang di Kondisi Asasmen. Salam dan bahagia Ibu dan Bapak Guru. Pada materi sebelumnya, kita sudah berkenalan dengan konsep asesmen. Kini kita memasuki topik selanjutnya, yaitu cara menyiapkan asesmen. Di fokus ke depan, kita akan menemukan topik yang sangat penting. Di video kali ini, kita akan memulainya dengan topik asesmen diagnostik. Ibu Bapak Guru, meskipun murid kita berada di kelas yang sama, bahkan mungkin berada di rentang usia yang berdekatan juga, mereka memiliki kebutuhan kemampuan, latar belakang, pengalaman, sampai tingkat kematangan yang berbeda beda. Sebagai guru, sangat penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami tiap murid kita, sehingga kita dapat mengidentifikasi kebutuhan mereka dengan tepat. Inilah pentingnya dilakukan sebuah asesmen diagnostik. Pada dasarnya, asesmen dilakukan untuk memetakan murid berdasarkan kemampuan, sehingga guru dapat mengajar sesuatu yang berbeda. Asesmen bukan sekadar memberi nilai bagi murid, melainkan juga berupa proses pemerolehan informasi bagi guru. Informasi tersebut membantu guru merefleksikan praktik mengajar yang mereka lakukan, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif. Bagaimana dengan asesmen diagnostik? Bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kemampuan murid. Hasilnya digunakan guru sebagai rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran murid. Bagaimana tahapan penyusunan sebuah asesmen diagnostik? Satu, menganalisis rapor murid tahun sebelumnya. Luangkan waktu untuk membaca kembali rapor murid di kelas terdahulu.
Speaker 1 (02:06)
Ibu dan bapak guru juga dapat mengobrol dengan guru yang pernah mengajar murid kita sebelumnya. Dua, mengidentifikasi kompetensi yang akan diajarkan. Ibu bapak guru dapat membuat indikator turunan dari setiap kompetensi yang akan diajarkan. Apa saja kemampuan prasyarat yang perlu dikuasai murid. Tiga, menyusun instrumen. Asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik. Empat, mengubah kemampuan murid. Seperti latar belakang keluarga, motivasi, minat, serta ketersediaan sarana dan prasarana belajar. Tidak hanya terbatas pada itu saja. Ibu bapak guru juga dapat mencari tahu aspek yang lain sesuai kebutuhan murid di sekolah. Lima, melaksanakan asesmen dan mengurang hasil. Enam, menggunakan data hasil asesmen untuk mengembangkan kemampuan prasarana belajar. Dan empat, mengubah kemampuan murid dan memperoleh pengetahuan data hasil asesmen untuk merencanakan pembelajaran yang lebih bermakna dan tepat sasaran. Bermakna dan tepat sasaran dapat dipahami sebagai pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan karakteristik peserta didik. Ibu dan Bapak Guru, mari kita simak cerita dari Pak Doni berikut ini. Pak Doni adalah seorang guru kelas 5 SD. Ia hendak mengajar materi kegiatan ekonomi di kelasnya. Pak Doni hendak memulai pelajaran dengan memperkenalkan tiga contoh kegiatan ekonomi, yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi. Materi ini termasuk dalam mata pelajaran IPAS. Salah satu karakteristik mapell IPAS adalah adanya elemen keterampilan proses yang perlu menjadi kemampuan prasyarat.
Speaker 1 (04:00)
Diantaranya... Pencatatan untuk keterampilan prasyarat ini dapat dilakukan dalam bentuk catatan anekdotal. Nah, bagaimana cara Pak Doni mengetahui apakah murid muridnya sudah memiliki kemampuan prasyarat tersebut? Pak Doni memulai pelajaran dengan kegiatan diskusi dan tanya jawab. Pak Doni banyak melontarkan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan menjawab perasaan yang terdapat di dalam prasyarat. Pak Doni banyak melontarkan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan menjawab secara merata sehingga semua murid mendapat giliran. Enam contoh pertanyaan tersebut dapat mengukur empat kemampuan prasyarat yang ditentukan sebelumnya. Pertanyaan satu, dua, dan empat mengamati dan menganalisis, mengkomunikasikan gagasan. Pertanyaan ketiga, kelima, dan ke enam mempertanyakan dan memprediksi, mengkomunikasikan gagasan. Jawaban dan respon murid memperlihatkan sejauh mana mereka telah mengenal dan memahami konsep dasar serta kosakata yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi. Dari asesmen ini, Pak Doni dapat memetakan kemampuan murid muridnya menjadi melampaui, memenuhi sebagian, belum memenuhi. Bagaimana menggunakan data yang diperoleh dari asesmen diagnostik? Dari hasil asesmen tersebut, guru dapat melihat pemetaan kemampuan murid secara lebih jelas. Untuk kelompok murid mahir, guru dapat memberikan tantangan lebih atau kegiatan pengayaan yang sesuai. Untuk kelompok murid berkembang, guru dapat memberikan modifikasi tugas panduan dan latihan sesuai kebutuhan. Asesmen diagnostik juga dapat digunakan untuk memetakan kemampuan umum murid di dalam sebuah kelas.
Speaker 1 (06:04)
Jadi, hasil dari asesmen diagnostik tidak selalu untuk melihat kemampuan masing murid. Untuk kelas yang kemampuan muridnya setara, penggunaan dalam bentuk seperti ini lebih efektif dari segi waktu dan energi. Guru dan murid memiliki kesempatan untuk berkembang bersama dan saling mengeksplorasi. Bagaimana hal ini dilakukan dalam kelas Pak Doni? Dapat memperhatikan kemampuan murid muridnya secara umum, saat kegiatan diskusi dan tanya jawab tadi. Selama memandu diskusi, Pak Doni juga sambil mengobservasi aneka jawaban dan tanggapan dari murid muridnya. Kapan kita dapat melakukan asesmen diagnostik? Dilakukan pada minggu awal tahun ajaran untuk memetakan murid, sehingga mereka mendapatkan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhannya. Asesmen diagnostik juga dapat dilakukan di awal pembahasan materi baru. Asesmen diagnostik dilakukan pada kompetensi yang dirasakan penting diketahui guru dari awal. Guru dapat membuat serangkaian soal yang sesuai untuk kompetensi tersebut. Nah, bagaimana dengan diagnostik kemampuan prasyarat yang berkaitan dengan karakteristik mata pelajaran? Dalam hal ini, keterampilan proses dari Mabel Ipas, Ibu dan Bapak Guru, keterampilan proses tidak selalu merupakan urutan langkah, melainkan suatu siklus dinamis yang dapat disesuaikan dengan perkembangan serta kemampuan murid. Pencatatan untuk keterampilan ini dapat dilakukan dalam bentuk catatan anekdotal, sehingga guru selalu memiliki data kondisi murid yang terbaru tanpa melakukan asesmen diagnostik kembali.
Speaker 1 (07:55)
Jadi, hanya tinggal mengolah dan memperbarui pengelompokan yang sudah dibuat. Hal ini tentunya juga dapat diterapkan untuk mata pelajaran lain. Jangan lupa, untuk mempelajari kembali, capaian pembelajaran dari tiap mata pelajaran untuk memastikan kompetensi prasyarat lain yang perlu dimiliki murid. Modifikasi dan pengembangan keterampilan yang diamati juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Pada situasi tertentu, mungkinkah guru memodifikasi proses atau penggunaan asesmen diagnostik? Tentu saja mungkin, guru diberi keleluasaan untuk menentukan instrumen asesmen sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tujuan asesmen. Tahapan penyusunan asesmen diagnostik juga dapat disederhanakan. Misalnya, jika dilakukan pada awal lingkup materi, tahap 4 boleh dilewatkan. Nah, ibu dan bapak guru, kita baru saja bersama mendalami konsep dan penyusunan asesmen diagnostik. Bagaimana dengan praktek asesmen yang selama ini ibu dan bapak lakukan? Adakah yang masih perlu diperbaiki dan dikembangkan? Sebagai pendidik, alangkah baiknya jika kita mau terus berproses, mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. Bukankah itu juga yang selama ini kita sampaikan kepada murid kita? Proses belajar tidak hanya berhenti sampai di asesmen. Kekayaan informasi yang diperoleh dari asesmen membawa kita ke tahap berikutnya dengan tujuan mewujudkan pengalaman belajar yang bermakna bagi murid dan diri kita sendiri. Tetap semangat, salam dan bahagia ibu dan bapak guru hebat.
Contoh 1 Asesmen Awal Pembelajaran
Speaker 1 (00:01)
Sampai jumpa di video selanjutnya.
Speaker 1 (00:47)
Ibaratnya berlari, posisi garis awal masing peserta didik bisa beraneka ragam. Tapi, kita memiliki tujuan pembelajaran yang ingin mereka capai. Kita adul contoh dalam pelajaran PJOK. Misal, tujuan pembelajaran kita adalah murid dapat mempraktikan berenang gaya bebas. Tentunya, dalam satu kelas kemampuan setiap murid akan berbeda. Agar lebih jelas, simak ilustrasi berikut. Seorang guru PJOK di Fase B akan melaksanakan pembelajaran berenang. Rencananya, ia akan memberikan materi renang gaya bebas kepada muridnya. Setelah seluruh muridnya siap dengan memakai perlengkapan berenang dan melakukan gerakan pemanasan, ia kemudian masuk ke dalam kolam dan memberikan contoh bagaimana berenang gaya bebas. Kemudian, ia menginstruksikan kepada murid muridnya untuk masuk ke dalam kolam. Di luar dugaan, ternyata tidak semua murid dapat mengikuti instruksi yang ia katakan. Ada beberapa murid yang hanya duduk di pinggir kolam, ada yang menangis karena takut dengan kedalaman kolam, dan ada pula murid yang loncat masuk ke dalam kolam, serta beberapa murid yang langsung berenang gaya bebas. Nah, dengan situasi yang seperti ini terlihat dengan jelas bahwa respon murid terhadap aktivitas pembelajaran bisa jadi berbeda tergantung pengalaman gerak dan karakteristik setiap murid. Ada yang sudah mahir, bahkan ada yang masih takut dengan air. Karena kemampuan berbeda, proses belajar tidak bisa disamakan untuk setiap murid.
Speaker 1 (02:30)
Makanya dibutuhkan assessment diagnostic agar kita dapat memetakan kemampuan murid. Sekarang, mari kita praktikan cara merancang assessment diagnosticnya. Pertama, mengidentifikasi kemampuan prasyarat yang perlu dimiliki. Untuk dapat memperhatikan berenang gaya bebas, anak harus dapat melakukan masuk ke dalam kolam tanpa rasa takut, memasukkan kepala ke dalam air, membuang gelombung udara melalui mulut dan hidung, mengapung dengan posisi terlungkup. Kedua, menyusun instrumen assessment diagnosis. Untuk mengidentifikasi kemampuan prasyarat tersebut, murid perlu melakukan praktik dan guru melakukan observasi. Sehingga instrumen yang paling tepat adalah lembar pengamatan. Ketiga, melaksanakan assessment diagnosis. Cara diagnosis yang dipilih adalah dengan mengobservasi praktik yang dilakukan siswa. Praktik dilakukan siswa secara bertahap sesuai kemampuan prasyarat yang sudah ditentukan. Pertama, guru menginsruksikan murid untuk duduk di peti kolam dan posisi kaki masuk ke dalam, lalu kaki digerakan. Ternyata masih ada murid yang menangis dan tidak nyaman saat wajahnya terkena cipratan air. Selanjutnya, guru menginsruksikan murid untuk masuk dan berdiri di dalam air. Ternyata masih ada yang takut berada di dalam air. Kemudian, guru menginsruksikan murid untuk memasukkan seluruh tubuh ke dalam air dan membuat gelembung udara. Ternyata ada murid yang sudah mahir namun masih ada juga yang belum bisa bahkan menolak melakukannya. Langkah berikutnya diinsruksikan untuk melakukan posisi badan mengapung.
Speaker 1 (04:28)
Hasilnya ada yang sudah bisa, ada juga yang masih belum sempurna dan ragu Setelah itu, guru menanyakan kepada murid, apakah ada yang dapat mempraktikan berenang gaya bebas? Ternyata ada dua murid yang sudah bisa walaupun ada teknik yang perlu diperbaiki. Hasil dari lembar amatan tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan pemetaan murid. Contoh pemetaannya misalnya membagi murid ke dalam empat tipe. Satu masih takut air atau bahkan perlu dibujuk untuk dapat masuk ke dalam kolam. Tipe kedua sudah bisa masuk ke dalam kolam tetapi belum bisa atau belum konsisten untuk memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam air. Dan belum bisa atau belum konsisten membuat gelembung di dalam air. Tipe ketiga sudah bisa mengambang atau meluncur tetapi belum dapat menggerakkan kaki dan tangan. Tipe keempat sudah bisa menggerakkan kaki dan tangan, renang gaya bebas tetapi belum konsisten. Dari hasil asesmen diagnosis ini, guru dapat menyiapkan metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi semua kategori. Inilah fungsi asesmen diagnostik bagi guru. Sebagai pemandu dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya dan meningkatkan mutu pembelajaran. Semua murid dengan empat tipe ini kemudian akan mengikuti proses belajar dengan tujuan pembelajaran yang sama, yaitu mempraktikan berenang gaya bebas. Tapi bagaimana dengan murid yang tipe satu dengan kondisi masih takut air, bagaimana ia bisa langsung mempraktikan gaya bebas?
Speaker 1 (06:20)
Kemudian bagaimana dengan murid yang sudah di tipe keempat dengan kemampuan yang sudah ia miliki tentu ia akan bosan jika gurunya mengajarkan keterampilan dasar yang sudah ia kuasai. Sehingga murid ini membutuhkan tantangan lebih. Disinilah kita perlu menyiapkan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan begitu kita bisa mengarahkan murid pada kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria ketercapaian tujuan dapat dibagi ke dalam empat sampai lima tingkatan capaian yang menggambarkan pencapaian yang berbeda. Murid tipe ke satu yang masih takut air maka dapat dibimbing untuk minimal mencapai tingkat pengembang, yaitu bisa mempraktikan kontrol nafas, mengapung, dan posisi badan yang stabil. Sedangkan murid tipe keempat yang sudah mempunyai kemampuan berenang gaya bebas dengan mahir, maka target pencapaiannya adalah kecepatan dalam menuntaskan jarak yang sudah ditentukan. Ajaklah murid untuk membuat target belajarnya sendiri sesuai kriteria yang sudah kita susun. Dengan begitu ia memiliki rasa kepemilikan terhadap proses belajarnya. Selain kemampuan prasarat yang berkaitan dengan mempraktikan renang gaya bebas, dalam capaian pembelajaran PJOK di fase B, terdapat juga kemampuan prasarat lain yang berkaitan dengan pemanfaatan gerak dalam kehidupan sehari hari serta pengembangan karakter seperti Nah, prasarat ini juga perlu dilakukan asesmen diagnosis agar guru dapat memetakan kemampuan secara menyeluruh sesuai capaian pembelajaran. Asesmen diagnosisnya bisa dilakukan di awal tahun pembelajaran dengan cara 1.
Speaker 1 (08:22)
Analisis rapor tahun sebelumnya 2. Mengobrol dengan guru di jenjang sebelumnya 3. Atau menggunakan teknik asesmen seperti observasi Hasil observasi dan perkembangan murid dapat dicatat dalam bentuk lembar pengamatan atau catatan anekdotal. Sehingga guru selalu memiliki data kondisi murid yang terbaru tanpa perlu melakukan asesmen diagnosis kembali. Dari ilustrasi yang sudah disampaikan, terlihat bahwa pencapaian murid nantinya akan beragam tergantung dari awal kemampuan murid tersebut. Inilah mengapa dibutuhkan asesmen diagnostik untuk proses belajar yang lebih bermakna. Guru tidak menuntut murid pada level mahir karena tujuan pembelajaran PJOKA bukan menjadikan murid sebagai atlet. Dalam konteks pembelajaran PJOKA, salah satu tujuannya adalah mengembangkan pola gerak dasar dan keterampilan gerak, serta mengajak murid menyadari pentingnya aktivitas jasmini dalam pola hidup sehat. Nah, ibu dan bapak guru sudah siap melakukan asesmen diagnosis? Tidak sulit bukan? Jangan lupa untuk melihat kembali capaian pembelajaran mata pelajarannya masing untuk mengidentifikasi kemampuan perasyaratnya ya. Selamat belajar dan mencoba. Salam dan bahagia.
Contoh Rubrik Penilaian
Contoh 2 Asesmen Awal Pembelajaran
Contoh Identifikasi Kemampuan Prasyarat dan Asesmen Awal Pembelajaran
Contoh 3 Asesmen Awal Pembelajaran
Latihan Pemahaman
1. Salah satu bentuk tindak lanjut dari hasil asesmen awal pembelajaran adalah dengan menyiapkan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran dan mengarahkan murid pada kriteria-kriteria yang sudah ditentukan
A. Benar
B. Salah
2. Untuk menyiapkan asesmen awal pembelajaran, pendidik perlu mengidentifikasi ....
A. Hasil rapor peserta didik terdahulu
B. Kemampuan prasyarat yang perlu dimiliki peserta didik
C. Alamat rumah peserta didik
D. Gaya belajar peserta didik (visual, auditori, dan kinestetik)
3. Waktu yang tepat untuk melaksanakan asesmen diagnostik adalah ...
A. Awal tahun ajaran baru
B. Awal semester baru
C. Awal materi baru
D. Semua benar
REFLEKSI
Bu dan Bapak Guru, pernahkah "gagal" membuat murid memahami pelajaran tertentu? Bagaimana ceritanya? Kira-kira, apa pelajaran yang bisa diambil dari kejadian tersebut?Pernah, pelajaran yang banyak materi dan kosakata yang digunakan dalam materi tersebut. Pelajaran yang diambil adalah dengan menyederhanakan materi yang sulit dan menggunakan kata-kata yang tidak asing bagi murid.
Menyiapkan Instrumen Asesmen
Membuat Lembar Amatan Bahasa Indonesia
Contoh lembar amatan
Latihan Pemahaman
1. Lembar amatan berfungsi untuk mengamati keterampilan yang juga dapat diukur melalui penugasan atau tes.
Jawab : Salah
REFLEKSI
Ketika sedang belajar bersama murid di kelas, hal apa yang membuat Ibu dan Bapak Guru tersenyum?
Bertemu, menyapa dan melihat tingkah laku yang beragam dari murid.
Post test
1. Mengidentifikasi kemampuan prasyarat yang perlu dimiliki siswa adalah langkah pertama dalam merancang asesmen diagnostik.
A. Benar
B. Salah
2. Asesmen awal pembelajaran bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan murid
A. Benar
B. Salah
3. Perhatikan pernyataan berikut.
1. Menyajikan informasi yang nyata dan terkini mengenai kondisi murid.
2. Pemetaan kemampuan yang sudah dibuat tidak dapat guru gunakan untuk tujuan pembelajaran yang berbeda.
3. Dapat membantu guru untuk menyusun laporan perkembangan murid yang lebih bermakna.
4. Pemetaan kemampuan yang sudah dibuat dapat guru gunakan untuk tujuan pembelajaran yang berbeda.
Keuntungan menggunakan lembar amatan adalah
A. 1,2 dan 3
B. 2,3 dan 4
C. 1,2 dan 4
D. 1,3 dan 4
4. Perhatikan beberapa tahapan penyusunan asesmen awal pembelajaran berikut.
- Melaksanakan asesmen dan mengolah hasilnya.
- Menganalisis rapor murid tahun sebelumnya.
- Mengidentifikasi kompetensi yang akan diajarkan.
- Menggunakan data hasil asesmen untuk merencanakan pembelajaran yang lebih bermakna dan tepat sasaran.
- Menyusun instrumen asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik.
- Menggali informasi tentang murid, seperti latar belakang keluarga, motivasi, minat, serta ketersediaan sarana dan prasarana.
Urutan manakah yang sesuai dalam menyusun sebuah asesmen awal pembelajaran?
A. 2-1-3-5-6-4
B. 2-3-6-1-5-4
C. 2-3-5-6-1-4
D. 3-1-5-2-6-4
E. 3-1-5-6-2-4
5. Hasil observasi guru terhadap murid yang berisi aneka indikator yang harus dikuasai murid dinamakan
A. Catatan anekdotal
B. Foto berseri
C. Lembar amatan
D. Hasil karya
E. Ceklis
6. Perhatikan pernyataan berikut.
1. Membuat catatan yang berisi keterampilan spesifik yang perlu dikembangkan.
2. Menentukan indikator turunan dari tujuan pembelajaran.
3. Membuat pemetaan berdasarkan tingkat penguasaan murid.
Tahapan dalam menyusun lembar amatan adalah
A. 1-2-3
B. 1-3-2
C. 2-3-1
D. 2-1-3
E. 3-1-2
Komentar
Posting Komentar